Lifehack Cara Kurangi Garam Sampai 40% Dengan Msg Tanpa Bikin Hambar, Ini Takaran Pasnya

Sedang Trending 2 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX
Lifehack langkah kurangi garam sampai 40% dengan MSG tanpa bikin hambar, ini takaran pasnya

- Pernah nggak sih, lagi enak-enak makan enak, terus tiba-tiba di kepala ada bunyi mini nan nyeletuk, "ini garamnya kebanyakan nggak, ya?". Di satu sisi, makanan gurih itu nikmatnya tiada tara. Di sisi lain, kita semua tahu rekomendasi buat mengurangi garam demi kesehatan. Rasanya serba salah.

Tapi, gimana jika ada jalan tengahnya? Sebuah trik simpel di dapur nan bisa bikin rasa masakan tetap nendang tanpa kudu 'banjir' garam. Siap-siap, lantaran solusinya datang dari bahan nan mungkin selama ini sering dapat gambaran buruk: MSG. Yup, Monosodium Glutamat. Alih-alih jadi musuh, bahan ini justru bisa jadi pahlawan tak terduga di dapur kita.

Gini deh langkah kerjanya. Diungkap briliofood dari SASA, Rabu (24/9) kandungan natrium di dalam MSG itu hanya sepertiga dari natrium di garam dapur biasa. Jadi, secara komposisi saja sudah lebih rendah.

Nah, berita baiknya, ini bukan hanya teori. Sebuah penelitian (Kumar & Bhatia, 2022) membuktikan jika kita mengganti sebagian takaran garam dengan MSG saat memasak, kita bisa memangkas total konsumsi garam harian sampai 30–40%. Coba bayangin, pengurangannya signifikan banget, tapi rasa lezat masakan tetap terjaga. Ini bukan hanya soal angka, tapi soal investasi kesehatan jangka panjang buat jantung, ginjal, dan tekanan darah kita.

"Tunggu, tapi bukannya MSG itu bahan kimia buatan?" Nah, di sinilah plot twist utamanya.

Lifehack langkah kurangi garam sampai 40% dengan MSG tanpa bikin hambar, ini takaran pasnya

Foto: Chef Martin Praja, Brand Ambassador Sasa MSG, memberikan kesempatan kepada peserta aktivitas untuk langsung mencicipi masakan nan rasanya semakin lezat setelah diberikan MSG dengan takaran nan tepat.

MSG nan dipakai Sasa itu asalnya dari bahan alami, ialah tetesan tebu. Prosesnya pun natural banget, namanya fermentasi. Proses ini sama persis dengan langkah orang membikin tempe, kecap, alias yogurt. Jadi, sama sekali bukan proses kimia nan aneh-aneh.

Hasil dari fermentasi ini adalah unsur berjulukan glutamat. Uniknya, glutamat ini adalah 'teman lama' tubuh kita. Kenapa? Karena unsur ini sama persis dengan glutamat alami nan ada di dalam tomat, jamur, keju, apalagi ASI. Jadi, tubuh kita sudah kenal baik dengannya sejak lahir.

“Faktanya, glutamat dalam MSG sama dengan nan ada di sayuran, buah, dan daging. Jadi tidak ada argumen khawatir, asalkan secukupnya. Bagi nan mau lebih sehat lagi, penggunaan MSG juga bisa mengurangi porsi garam untuk memberikan rasa lezat pada makanan kita,” jelas Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, Nutrisionis.

Di Indonesia, MSG sudah dapat lampu hijau dari BPOM sebagai Bahan Tambahan Pangan nan diizinkan (lewat Peraturan Kepala BPOM No. 11 Tahun 2019), plus sertifikat legal dari MUI dengan nomor 07870398 Tahun 2010. Dukungan legalnya apalagi sudah ada dari dulu banget, lewat surat keputusan dari Kementerian Kesehatan (SK No: 235/Menkes/PER/DL/79) dan juga Kementerian Agama (SK No: B VI/02/2444/1976).

Di panggung dunia, ceritanya sama. Badan Kesehatan Dunia (WHO/FAO) mengakuinya aman. Bahkan di Amerika, FDA sudah memberikan status GRAS (Generally Recognized As Safe) sejak tahun 1958. Itu artinya, jauh sebelum banyak dari kita lahir, keamanannya sudah diakui.

Di Balik Misi Meluruskan Fakta: Kampanye MSG #YangBenar

Lifehack langkah kurangi garam sampai 40% dengan MSG tanpa bikin hambar, ini takaran pasnya

Foto: Melalui kampanye MSG #YangBenar, PT Sasa Inti membujuk masyarakat untuk memandang MSG (Monosodium Glutamat) dari perspektif nan tepat. Sasa melibatkan para ahli, seperti dokter, mahir nutrisi, chef, dan food technologist untuk bersama-sama memaparkan info nan betul mengetahui kandungan alami dan faedah sehat nan dimiliki oleh MSG. (Kiri-Kanan: Dr. Sonia Wibisono, Medical Doctor, Dr. Rita, Pakar Nutrisi, Albert Dinata, Head of Marketing PT Sasa Inti, Martin Praja, Celebrity Chef, Harry Nazaruddin, Food Technologist)

Semua kebenaran keren tadi tentu perlu disebarkan biar nggak jadi rahasia lagi. Di sinilah PT Sasa Inti mengambil peran lewat kampanye edukasi mereka, MSG #YangBenar. Seperti kata Head of Marketing-nya, Albert Dinata, lezat itu penting, tapi nan lebih krusial adalah emosi tenang saat menyajikan masakan untuk keluarga. Kampanye ini lahir dari kemauan tersebut.

Kami mau masyarakat tahu bahwa MSG (Monosodium Glutamat) kondusif digunakan lantaran terbuat dari bahan alami, dan justru bisa membantu pola makan nan lebih sehat jika digunakan dengan bijak,” ujar Albert Dinata.

Untuk meluruskan semua miskonsepsi, Sasa nggak nanggung-nanggung. Mereka seakan mengumpulkan 'tim impian' nan terdiri dari para ahli. Ada nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, Food Technologist Harry Nazaruddin, Dr. Sonia Wibisono, Mom-fluencer Caca Tengker, sampai Chef Martin Praja. Mereka semua berbagi pandangan dan pengalaman nyata.

Strategi penyebarannya juga modern banget. SASA membikin laman MSGyangbenar.sasa.co.id, untuk jadi pusat semua info valid. Konten-konten informatif juga disebar di media sosial. Biar nggak hanya teori, ada juga demo masak buat nunjukkin langsung takaran nan pas di dapur, plus sesi ngobrol interaktif bareng beragam komunitas. Semua ini dilakukan agar kita bisa memandang MSG dari perspektif pandang nan benar, berasas fakta, bukan mitos.

Jadi, intinya, kuncinya ada di takaran nan pas. Cukup satu sendok teh (sekitar 3-4 gram) untuk masakan family empat porsi, dan ini kondusif kok untuk anak di atas dua tahun. Kampanye ini seakan membujuk kita untuk kenalan ulang sama MSG, tapi kali ini dengan info nan solid, bukan lagi katanya-katanya.

(brl/lak)

Selengkapnya